Senin, 04 Februari 2008

Pagi Buta Di Istanaku

by Purnomo Budi Santoso, Teknik Mesin Undip, Etoser Semarang 2005


Gemerincingan air terdengar dari dalam kamarku yang berukuran 3x3 m, padahal hari masih teramat pagi, ya waktu itu dan seperti biasanya jam 03.00 dini hari. Ah.. biasa teman-temanku sudah bangun untuk menyibukkan diri dengan segala aktivitasnya. Ada yang qiyamullail, ada yang belajar, ada yang memasak mie instant untuk sahur shoum sunah. Akupun terbangun, tetapi badan ini masih sangat malas untuk mengangkat badan ini mengikuti aktivitas seperti yang dilakukan teman-temanku.

Aku sadar aku ini sedang futur, lihat penampilan ku banyak berubah dan tak lagi pandai menjaga pandangan dan sering cari sasaran... Jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran. Dulu, tilawah ngga pernah ketinggalan, sekarang… satu lembar udah lumayan.Lumayan daripada…. Lu manyun. Tilawah sudah lagi tak berkesan, baca komik ketagihan. Mulai malas sholat malam dan jarang tafakur. Ba’da subuh, kanan kiri salam lantas kembali mendengkur. Apalagi waktu libur…. sampai menjelang dzuhur. Lihat perut saya…. Makin buncit karena krupuk dan masakan Bu Tarmi warung dekat asramaku. Kalau infak….suka sedikit dan mulai pelit. Apalagi shaum sunnah ... perut rasanya begah. Aku ini sedang futur. Sibuk ngurusin kerjaan yang tidak jelas ogah nanganin binaan. Tak lagi pandai bersyukur. Seneng disanjung… dikritik murung. Malas ngurusin dakwah… rajinnya bikin pendamping marah. Sedikit sekali muhasabah, sering sekali mengghibah.

Namun akhirnya aku kembali sadar Alloh teramat sangat mencintai ku. Dia mengirimkan rezeki untukku, sinar matahari setiap pagi, pemandangan indah dilangit setiap malam. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.Aku kembali bersyukur dengan apa yang telah aku dapat.

Seperti biasanya istanaku ini yang berada di Jalan Timoho Timur 3 no 30 bulusan Temalang ini, selalu ramai dengan penghuni begitu familiar dengan sesama. Hari-hari yang terlewatkan menjadi sebuah kenangan yang indah yang akan selalu teringat, ukhuwah yang indah yang menjadi bingkainya. Kini di tahun terakhirku di etos, kebiasaan merenung dan memutar kembali memori kali pertama datang ke Etos Semarang sering terlintas sejenak. Terkadang tak kuat juga seandainya melihat perubahan yang aku rasakan selama di Etos. Teringat dulu saya datang ke Semarang hanya modal nekat, kampungan agap iptek, kuper, culun tapi Insya Alloh tidak nakal bahkan lugu. Kini aku merasakan sebuah perubahan yang besar selama meninggalkan kampungku yang aku suka dengan semua yang ada, dengan segala keramahannya, keluguannya, dan semua keunikannya penghuni ndan alamnya. Hingga aku sering menahan rindu yang teramat tebal pada kerluarga dan kampungku.

Di Semarang aku tak lagi mendengar suara katak yang dulu kalau di kampung menjadi back sound setiap aktivitasku. Suara kambing dan bau kandangya yang sumpah aku tidak suka menikmatinya. Kini lantunan tilawah dari teman-teman dan nasyid dari mp3 di komuter yang menjadi back sound ketika aku menjalani aktivitasku di Istanaku. Sungguh terjdi kekontrasan dalam hidupku.

Bersyukur sekali aku panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang telah memberikan segala kenikmatan selama ini, yang memberikan aku teman-teman yang soleh. Hidup di sebuah asrama Beastudi Etos yang tersistem dengan baik dan terarah menuju ”the best caracter building”. Pendampingan yang intensive untuk membuka jalan masa depanku yang cerah, terarah, dan orientasi ke jannah.

Betapa bangganya emak dan abahku di kampung ketika aku pulang kampung melihat aku tetap seperti dulu, tidak seperti wacana didesa yang mengatakan semakin tinggi pendidikan anak semakin kurang ajar anak kepada orang tuanya. Semoga Alloh SWT tetap merendahkan diriku dihadapan orang tuaku, melunakkan watakku di hadapan mereka. Kerap aku menangis sendiri dikamar ketika mengingat perjuangan emak dan abah hingga sekarang aku menjadi satu-satunya orang di desaku yang bisa kuliah di Universitas negeri dan bonafit. Padahal teman-teman se-usiaku dikampung sebagian besar sudah menikah dan punya anak. Namun aku tetap dengan pendirianku, aku akan membahagiakan emak dan abahku sebelum yang lain. Sampai begitu besar cita-cita ini, aku tulis cita-citaku itu di kamarku di dekat foto emak dan abahku. Yang bunyinya:


Janji Sang Bocah

Saat Mulai Mengenal Kefanaan Dunia

Bapak..........Ibu..........

Sebelum Saat Itu tiba, aku Ingin Engakau Menjadi Orang Yang Paling Bahagia Di Dunia Ini.”




Ironisme Kenaikan Harga Kedelai

by Ferry Hadi, Elektro Undip, Etoser Semarang 2006


Tempe, tahu, dan kecap sudah sangat akrab bagi masyarakat Indonesia. Bahan-bahan makanan tersebut sudah menjadi pilihan masyarakat menengah ke bawah sebagai lauk makan sehari-hari. Bahkan tidak menutup kemungkinan kalangan atas pun memilihnya, karena gizi yang terkandung di dalamnya. Akantetapi akhir-akhir ini bahan-bahan makanan tersebut terancam “kepunahan” sementara. Pasalnya harga kedelai yang tidak lain adalah bahan utama dalam pembuatan tempe, tahu, dan kecap mengalami kenaikan harga. Tidak tangung-tanggung kenaikan harga kedelai saat ini mencapai 110%. Yang semula berharga Rp.3.500/kg menjadi Rp.7.250/kg. Akibatnya benyak pengrajin bahan-bahan makanan diatas menghentikan produksi untuk sementara waktu.

Kenaikan harga kedelai global diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu kekeringan yang melanda banyak tempat di dunia, terutama Brazil dan US sebagai penghasil kedelai terbesar dunia, naiknya demand jagung dan kedelai untuk kebutuhan pangan dan industri di Negara-negara yg sedang berkembang pesat seperti China, dan bertambah populernya ethanol, sehingga demand untuk jagung (bahan baku ethanol) melejit pesat. Hal ini menyebabkan sebagian petani yang mengalihkan produksinya dari kedelai menjadi jagung, sehingga turut mendorong naiknya harga kedelai.

Kenaikan harga kedelai global ini secara otomatis mengimbas Indonesia yang kemudian mengakibatkan naiknya harga kedelai di dalam negeri. Akantetapi mengapa hal ini harus terjadi? Mengapa harga kedelai di Indonesia harus mengikuti harga kedelai global? Bukankah Indonesia adalah bangsa petani? Dan dikatakan oleh Koes Plus dalam lagunya sebagai tanah surga, yang tongkat kayu dan batunya bisa menjadi tanaman.

Hal ini dikarenakan sebagian besar kebutuhan kedelai di Indonesia dipenuhi dengan mengimpor dari Amerika Serikat. Pertanyaa berikutnya mengapa Indonesia harus mengimpor kedelai dari Amerika Serikat?

Kurangnya pemenuhan kebutuhan kedelai dari dalam negerilah yang mengakibatkan hal ini. Semakin hari lahan-lahan pertanian di pulau jawa yang predikatnya adalah pusat konsentrasi penduduk Indonesia semakin berkurang, digantikan dengan kawasan perindustrian dan kompleks-kompleks perumahan mewah bagi para konglomerat. Sementara itu lahan pertanian yang tersisa dimanfaatkan untuk menanam bahan makanan pokok seperti beras dan jagung. Akhirnya taka ada lagi lahan yang tersisa untuk menanam kedelai. Akantetapi lahan pertanian bukan hanya ada di pulau jawa. Masih banyak lahan yang belum termanfaatkan secara maksimal di pulau-pulau lainnya.

Selain itu, kurangnya kesejahteraan para petani mengakibatkan sedikitnya minat masyarakat untuk menjadi petani. Bahan-bahan makanan yang dihasilkan dari pertanian seringkali hanya dibeli dengan harga yang rendah. Padahal harga bibit dan pupuk yang dibutuhkan dalam proses penanaman tidak murah. Sementara itu, sering terjadinya kekeringan dan kebanjiran yang dapat mengakibtkan gagal panen semakin membuat para petani merugi.

Untuk menanggulangi kurangnya permasalahan kekurangan kedelai ini, sudah seharusnya pemerintah meningkatkan minat petani untuk menanam kedelai. Hal ini dapat dilakukan dengan menawarkan bibit dan pupuk dengan harga murah dan membeli hasil panennya dengan harga yang tinggi.

Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia secara optimal, meningkatkan minat masyarakat untuk mejadi petani, dan meningkatkan produksi kedelai, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelainya sendiri, sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor sesuatu yang seharusnya dapat dihasilkan di dalam negeri. Bahkan jika hal-hal diatas dilaksanakan, Indonesia tidaka akan lagi menjadi importir khususnya dalam hasil pertanian, akantetapi menjadi exportir bagi Negara-negara yang lain.FERDIE

Etos Semarang! " Yakin Bisa, Insya Allah Bisa."


GREEN INFRASTRUCTURE

by Perdana Gutomo Putra, Teknik Sipil Undip, Etoser Semarang 2007


Seluruh infrastruktur yang akan dikembangkan pada hakekatnya harus pula didasarkan pada rencana tata ruang yang ada. Kebutuhan infrastrukturmerupakan kebutuhan turunan akibat konsekuensi logis dari penataan ruang yang merupakan piranti bagi pengembangan wilayah. Di samping menyepakati struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, dalam menata ruang pada hakekatnya diawali pertanyaan dimana kita tidak boleh membangun.

Sejauh ini rencana tata ruang kita belum sepenuhnya digunakan sebagai acuan pembangunan. Untuk itu sedang dilakukan revisi UU Penataan Ruang yang saat ini sudah disampaikan pemerintah kepada DPR yang antara lain memuat pula ketentuan struktur perkotaan dan wilayah, ruang publik dan terbuka hijau maupun fungsi atas pelanggaraan penataan ruang. Yang dapat kita observasi daro besarnya perbedaan antara kondisi lingkungan kita seperti banjir, longsor, kemacetan, kawasan kumuh maupun semakin berkurangnya ruang terbuka hijau terhadap rencana tata ruang yang ada.

Dengan demikian diharapkan ruang perkotaan kita ke depan lebih banyak mengakomodasi pengembangan infrastruktur hijau atau ruang terbuka hijau yang dapat berfungsi ekologis, sosial, estetika dan atau ekonomi sehingga ruang kota dapat produktif, aman, nyaman dan berkelanjutan.

Di bidang Sumber Daya Air masih banyak diperlukan pembangunan bendungan, waduk, dan sistim jaringan irigasi yang handal untuk menunjang kebijakan ketahanan pangan pemerintah. Di samping itu untuk menjamin ketersediaan air baku, tetap perlu dilakukan normalisasi sungai dan pemeliharaan daerah aliran sungai yang ada di beberapa daerah. Pemeliharaan dan pengembangan Sistem Wilayah Sungai tersebut didekati dengan suatu rencana terpadu dari hulu sampai hilir yang dikelola secara profesional. Untuk itu perlu dikembangkan teknologi rancang bangun Bendungan Besar, Bendung Karet, termasuk terowongan, teknologi Sabo, sistem irigasi maupun rancang bangun pengendali banjir.

Demikian pula sebaran infrastruktur yang ada, secara kewilayahan lebih dari 70-90 persen infrastruktur terdapat di pulau Sumatera, Jawa dan Bali yang luasnya hanya mencakup sekitar 31 persen dari seluruh wilayah Indonesia. Sisanya 10-30 persen berada di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku/Papua yang luasnya mendekati 70 persen dari luas wilayah. Wilayah yang secara relatif cukup seimbang antara luas, sebaran penduduk dan infrastruktur adalah pulau Sumatera dan Bali & Nusa Tenggara. Sedangkan wilayah lainnya cenderung timpang, baik kelebihan penduduk seperti pulau Jawa maupun yang kepadatan penduduknya relatif rendah seperti di Kalimantan dan Maluku/ Papua.

Di bidang SDA beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang memiliki peran penting dalam penyediaan sumber air sebagian telah mengalami kerusakan yaitu 62 DAS rusak dari total 470 DAS, sehingga mengakibatkan menurunnya nilai kemanfaatan air sehubungan penurunan fungsi daerah tangkapan dan resapan air. Saat ini jaringan irigasi terbangun mencapai 6,77 juta ha (1,67 juta ha belum berfungsi), dan jaringan irigasi rawa 1,8 juta ha yang berfungsi untuk mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional. Namun di sisi lain perkembangan fisik wilayah telah memberikan dampak pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian sekitar 35 ribu ha per tahun. Pada tahun 2009, secara nasional kebutuhan air diperkirakan mencapai 117,7 miliar m3, yang menuntut adanya pengelolaan sumber daya air yang baik untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Di bidang keciptakaryaan, selama ini pemerintah telah mengembangkan jaringan air bersih di 290 kota di Indonesia dengan kapasitas terpasang mencapai 76.412 liter per detik. Jumlah pelanggan yang terhubung dengan jaringan air bersih ini mencapai lebih dari 4,8 juta pelanggan. Sistem air bersih ini melayani 45 juta atau 40% penduduk perkotaan dan 7 juta atau 8% penduduk perdesaan. Di samping itu pembangunan prasarana lingkungan permukiman yang tersebar di kota besar dan sedang telah turut meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang mendorong terciptanya lapangan kerja.

Tantangan lain yang dihadapi terkait dengan pelayanan infrastruktur terutama adalah meningkatnya kejadian bencana longsor dan banjir, meningkatnya kemacetan lalulintas, meluasnya lingkungan kumuh di perkotaan, dan makin berkurangnya infrastruktur hijau yang ada. Hal itu disebabkan antara lain karena belum diacunya rencana tata ruang secara penuh dalam pembangunan infrastruktur.

Rencana Tata Ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar terwujud alokasi ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan keseimbangan antar wilayah. Proses perencanaan tata ruang sendiri dapat dijelaskan dengan pendekatan sistem yang melibatkan input, proses dan output. Input yang digunakan adalah keadaan fisik seperti kondisi alam dan geografis, sosial budaya seperti demografi sebaran penduduk, ekonomi seperti lokasi pusat kegiatan perdagangan yang ada maupun yang potensial dan aspek strategis nasional lainnya. Keseluruhan input ini diproses dengan menganalisis input tersebut secara integral baik kondisi saat ini maupun kedepan untuk masing-masing hirarki tata ruang Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota sehingga menghasilkan output berupa Rencana Tata Ruang yang menyeluruh.

RTRW Nasional merupakan perencanaan makro strategis Nasional yang menggambarkan arah dan kebijakan pembangunan nasional secara ketataruangan yang memuat antara lain infrastruktur nasional seperti jalan nasional, pelabuhan samudera maupun bandara internasional. Sedangkan RTRW Propinsi merupakan perencanaan regional yang menjabarkan RTRWN dalam konteks ruang wilayah Propinsi secara lebih rinci termasuk memuat rencana pengembangan infrastruktur jalan propinsi, terminal maupun pelabuhan regional. Sementara itu RTRW Kabupaten/Kota merupakan rencana tata ruang skala kabupaten/kota dengan muatan utama kelengkapan infrastruktur di tingkat lokal atau regional seperti jalan kabupaten/kota, kebutuhan jaringan air bersih, listrik dan telekomunikasi yang disesuaikan dengan karakteristik zona-zona pengembangan kawasan yang ada.

Pada tataran operasional, RTRW tersebut perlu dikembangkan lagi menjadi Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang dilengkapi dengan aturan pemanfaatan (zoning regulation) yang dapat dijadikan dasar dalam pemberian ijin dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada. Selanjutnya, indikasi program yang tertuang dalam RTRW/RDTR merupakan basis bagi penyusunan Rencana Induk Sektor yang menjadi dasar pengembangan infrastruktur.

Dengan demikian, pembangunan infrastruktur merupakan kebutuhan turunan sebagai konsekuensi logis dari perencanaan tata ruang, dimana infrastuktur merupakan unsur pembentuk struktur ruang wilayah. Dengan demikian rencana tata ruang yang ada dapat diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan karakteristik wilayah yang ada. Dalam hal ini infrastruktur juga dapat berfungsi sebagai alat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, agar tidak terjadi penyalahgunaan lahan maupun pengembangan yang tidak sesuai dengan rencana. Dengan demikian kawasan yang dalam rencana diperuntukkan sebagai kawasan lindung tidak dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya, karena infrastruktur yang dibutuhkan tidak tersedia. .

Demikian pula untuk infrastruktur lainnya seperti saluran irigasi, jaringan air bersih perkotaan, jaringan listrik maupun jaringan telekomunikasi. Diharapkan pengembangan jaringan infrastruktur tersebut dapat turut mengarahkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada. Sehingga dapat mengurangi terjadinya alih guna lahan maupun pemanfaatan kawasan-kawasan lindung sebagai kawasan budidaya.

Infrastruktur memegang peranan penting dan vital dalam mendukung ekonomi, sosial – budaya, kesatuan dan persatuan terutama sebagai modal sosial masyarakat dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di Indonesia. Secara umum pengembangan infrastruktur sumber daya air ditujukan untuk mendukung program ketahanan pangan dan penyediaan air untuk berbagai keperluan masyarakat seperti air minum pembangkit tenaga listrik dan pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Demikian pula infrastruktur lainnya seperti jalan, jembatan, PSD permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi nya.

Sesuai dengan Kerangka Strategis Ketata-ruangan Nasional, pengembangan infrastruktur perlu disesuaikan dan diselaraskan dengan fungsi yang diemban dan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan.

Dalam pengembangan kawasan yang berorientasi ekonomi, pusat-pusat kegiatan yang membentuk kota metropolitan membutuhkan jaringan infrastruktur yang dapat memberikan pelayanan terhadap aktivitas ekonomi yang ada dan menjadi kekuatan pembentuk struktur ruang pada kawasan tersebut. Konsep kota Metropolitan merupakan suatu bentuk permukiman berskala besar yang terdiri dari satu atau lebih kota besar dan kawasan yang secara keseluruhan terintegrasi, membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan mempunyai kegiatan ekonomi jasa dan industri yang beragam.

Untuk meningkatkan pelayanan transportasi, keterpaduan antar-moda transportasi seperti jaringan jalan KA, bandar udara dan pelabuhan laut juga merupakan hal yang sangat penting. Keterpaduan tersebut dapat meningkatkan efisiensi sistem transportasi yang ada, sehingga perpindahan antara moda dapat dilakukan dengan lebih lancar dan menerus. Untuk itu, perencanaan tata ruang wilayah yang ada harus mengedepankan keterpaduan, sehingga pengembangan infrastruktur yang ada dapat lebih bersifat holistik dan menyatu dengan sektor-sektor lainnya.


Di lingkungan perkotaan, dampak yang muncul akibat lalulintas kendaraan seperti polusi udara, kebisingan maupun getaran harus diupayakan agar tidak melebihi ambang batas yang disyaratkan untuk masing-masing jenis kawasan. Untuk itu, pada kawasan-kawasan sensitif seperti perumahan, kawasan pendidikan dan fasilitas kesehatan perlu dikembangkan ruang-ruang terbuka hijau (RTH) yang lebih intensif yang berfungsi ganda baik secara ekologis, arsitektural, sosial maupun ekonomi. Pemanfaatan tanaman lokal (endemik), untuk penghijauan ruas-ruas jalan di perkotaan merupakan hal yang perlu didorong dan dikembangkan. Di samping sangat sesuai untuk kondisi iklim lokal, hal itu juga dapat turut melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di bumi Nusantara kita

Secara ekologis dan planologis, RTH dapat berfungsi sebagai infrastruktur hijau yang turut membentuk ruang-ruang kota yang harmonis untuk memenuhi kebutuhan ekologis dan keindahan kota maupun sebagai pembatas ruang secara planologis. Contoh penataan ruang dan pembangunan infrastruktur yang konsisten dan berwawasan lingkungan adalah seperti yang diterapkan di kota Curitiba, Brazil. Keberhasilan tersebut merupakan bukti nyata bahwa dengan perencanaan tata ruang yang baik dan terpadu secara lintas sektor, wilayah dan pemangku kepentingan, dapat mengatasi masalah- masalah yang umum terjadi di perkotaan seperti kemacetan, banjir, kawasan kumuh dan persampahan. Hal itu ditunjukkan denganari meningkatnya luasan RTH dari 1 m2 per kapita pada tahun 1970-an, menjadi 55 m2 per kapita pada saat ini, dan pendapatan rata-rata penduduknya meningkat menjadi 2 kali rata-rata penduduk Brazil pada saat ini.

Pada akhirnya infrastruktur sebagai prasarana pendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah harus dapat memberikan pelayanan secara efisien, aman dan nyaman. Di samping itu infrastruktur juga harus dapat memfasilitasi peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga secara ekonomi produk-produk yang dikembangkan menjadi lebih kompetitif. Dengan demikian melalui dukungan infrastruktur yang sesuai kebutuhan dan rencana tata ruang, maka perwujudan ruang Nusantara yang NYAMAN, PRODUKTIF dan BERKELANJUTAN diharapkan dapat segera tercapai.

Selain itu, agar lebih efektif dan efisien, pengembangan infrastruktur harus diselenggarakan secara terpadu oleh seluruh sektor, seluruh daerah dan diantara para pemangku kepentingan sebagai bagian dari komitmen pengembangan wilayah nasional. Untuk itu diperlukan adanya konsistensi dalam menyelenggarakan penataan ruang, baik pada tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten maupun Kota.

Dalam kenyataannya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur di Indonesia masih menghadapi kendala belum meratanya penyebaran infrastruktur di wilayah yang ada. Selain itu tingkat pelayanan infrastruktur yang ada juga masih banyak yang kurang memadai. Sehingga prioritas pembangunan infrastruktur ke depan akan lebih diarahkan di wilayah perbatasan, pulau terpencil dan daerah rawan bencana. Untuk lebih memadukan pembangunan infrastruktur, maka pelaksanaannya harus mengacu kepada rencana tata ruang yang ada.

Infrastruktur juga berperan sangat penting dalam mengarahkan dan membatasi pengembangan wilayah terutama pada kawasan METROPOLITAN dan AGROPOLITAN. Di samping itu, untuk mengakomodasikan keseimbangan ekologis, sosial, arsitektural dan ekonomi perlu juga dikembangkan infrastruktur hijau, terutama di perkotaan.

Dengan demikian infrastruktur sebagai unsur pembentuk struktur ruang merupakan prasyarat untuk mewujudkan Indonesia yang AMAN, ADIL & SEJAHTERA, secara lebih seimbang baik di wilayah yang telah berkembang, sedang berkembang maupun wilayah pengembangan baru.

Etos Semarang! "Yakin Bisa, Insya Allah Bisa."