Senin, 04 Februari 2008

Ironisme Kenaikan Harga Kedelai

by Ferry Hadi, Elektro Undip, Etoser Semarang 2006


Tempe, tahu, dan kecap sudah sangat akrab bagi masyarakat Indonesia. Bahan-bahan makanan tersebut sudah menjadi pilihan masyarakat menengah ke bawah sebagai lauk makan sehari-hari. Bahkan tidak menutup kemungkinan kalangan atas pun memilihnya, karena gizi yang terkandung di dalamnya. Akantetapi akhir-akhir ini bahan-bahan makanan tersebut terancam “kepunahan” sementara. Pasalnya harga kedelai yang tidak lain adalah bahan utama dalam pembuatan tempe, tahu, dan kecap mengalami kenaikan harga. Tidak tangung-tanggung kenaikan harga kedelai saat ini mencapai 110%. Yang semula berharga Rp.3.500/kg menjadi Rp.7.250/kg. Akibatnya benyak pengrajin bahan-bahan makanan diatas menghentikan produksi untuk sementara waktu.

Kenaikan harga kedelai global diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu kekeringan yang melanda banyak tempat di dunia, terutama Brazil dan US sebagai penghasil kedelai terbesar dunia, naiknya demand jagung dan kedelai untuk kebutuhan pangan dan industri di Negara-negara yg sedang berkembang pesat seperti China, dan bertambah populernya ethanol, sehingga demand untuk jagung (bahan baku ethanol) melejit pesat. Hal ini menyebabkan sebagian petani yang mengalihkan produksinya dari kedelai menjadi jagung, sehingga turut mendorong naiknya harga kedelai.

Kenaikan harga kedelai global ini secara otomatis mengimbas Indonesia yang kemudian mengakibatkan naiknya harga kedelai di dalam negeri. Akantetapi mengapa hal ini harus terjadi? Mengapa harga kedelai di Indonesia harus mengikuti harga kedelai global? Bukankah Indonesia adalah bangsa petani? Dan dikatakan oleh Koes Plus dalam lagunya sebagai tanah surga, yang tongkat kayu dan batunya bisa menjadi tanaman.

Hal ini dikarenakan sebagian besar kebutuhan kedelai di Indonesia dipenuhi dengan mengimpor dari Amerika Serikat. Pertanyaa berikutnya mengapa Indonesia harus mengimpor kedelai dari Amerika Serikat?

Kurangnya pemenuhan kebutuhan kedelai dari dalam negerilah yang mengakibatkan hal ini. Semakin hari lahan-lahan pertanian di pulau jawa yang predikatnya adalah pusat konsentrasi penduduk Indonesia semakin berkurang, digantikan dengan kawasan perindustrian dan kompleks-kompleks perumahan mewah bagi para konglomerat. Sementara itu lahan pertanian yang tersisa dimanfaatkan untuk menanam bahan makanan pokok seperti beras dan jagung. Akhirnya taka ada lagi lahan yang tersisa untuk menanam kedelai. Akantetapi lahan pertanian bukan hanya ada di pulau jawa. Masih banyak lahan yang belum termanfaatkan secara maksimal di pulau-pulau lainnya.

Selain itu, kurangnya kesejahteraan para petani mengakibatkan sedikitnya minat masyarakat untuk menjadi petani. Bahan-bahan makanan yang dihasilkan dari pertanian seringkali hanya dibeli dengan harga yang rendah. Padahal harga bibit dan pupuk yang dibutuhkan dalam proses penanaman tidak murah. Sementara itu, sering terjadinya kekeringan dan kebanjiran yang dapat mengakibtkan gagal panen semakin membuat para petani merugi.

Untuk menanggulangi kurangnya permasalahan kekurangan kedelai ini, sudah seharusnya pemerintah meningkatkan minat petani untuk menanam kedelai. Hal ini dapat dilakukan dengan menawarkan bibit dan pupuk dengan harga murah dan membeli hasil panennya dengan harga yang tinggi.

Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia secara optimal, meningkatkan minat masyarakat untuk mejadi petani, dan meningkatkan produksi kedelai, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelainya sendiri, sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor sesuatu yang seharusnya dapat dihasilkan di dalam negeri. Bahkan jika hal-hal diatas dilaksanakan, Indonesia tidaka akan lagi menjadi importir khususnya dalam hasil pertanian, akantetapi menjadi exportir bagi Negara-negara yang lain.FERDIE

Etos Semarang! " Yakin Bisa, Insya Allah Bisa."


Tidak ada komentar: